BKOW Sumbar Peduli Kesehatan, Galang Ormas dan Dunia Usaha Cegah LGBT
Betrans,Sumbar,Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terus melakukan upaya pencegahan dan 
brantas perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual (LGBT) kepada 
seluruh sektor masyarakat. Untuk membrantas prilaku LGBT, Dinas 
Kesehatan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama-sama Badan 
Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) mengadakan Seminar ‘Bahaya LGBT dan 
Penanggulangannya’ bertempat di Aula Kantor Gubernur (16/10/2018).
Seminar ini dilakukan dalam rangka HUT emas BKOW, acara ini merupakan 
bentuk penggalangan ormas dan dunia usaha untuk mendukung program 
meningkatkan kesehatan di provinsi Sumatera Barat.
Dinas Kesehatan Sumbar mencatat hingga Juni 2018, penderita HIV di 
Sumatera Barat telah mencapai 226 orang dan 130 orang telah menderita 
Aids. Diantara angka tersebut, delapan orang telah meninggal akibat 
penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Melalui seminar ini BKOW mengundang berbagai ormas, pelajar SMA serta 
mahasiswa dari perguruan tinggi swasta maupun negeri di Kota Padang 
untuk bersama-sama mendeteksi bahaya perilaku LGBT dan penggunaan 
narkoba yang menjadi salah satu faktor penyebab penularan virus 
HIV/Aids.
Pencegahan LGBT di masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan 
keluarga. Ketua BKOW Sumatera Barat, Wartawati Nasrul Abit menyebutkan 
bahwa orang tua saat ini harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
“Selalu dampingi anak, amati perilakunya dari sejak balita hingga 
dewasa. Baik melalui pendidikan agama maupun komunikasi yang terus 
menerus, anak harus selalu kita bimbing,” ujar Wartawati.
Hadir sebagai narasumber, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Sumbar
 Armen Ahmad juga nyampaikan bahwa untuk mencegah penyakit HIV/Aids 
perlu adanya kontrol dari keluarga kepada anak-anak supaya terhindar 
dari pergaulan bebas seperti perilaku LGBT maupun pemakai narkoba.
“Oleh itu semua keluarga di lingkungan provinsi Sumatera Barat harus 
bersama-sama mengetahui bahaya LGBT. Karena melalui peran keluarga, LGBT
 dapat dicegah dan ini dapat mengurangi angka penderita HIV/Aids ,” ujar
 Armen Ahmad.
Untuk mengenal bahaya LGBT dan pemakaian narkoba lebih dalam, dalam 
seminar ini juga menghadirkan satu narasumber yang pernah masuk dalam 
perilaku LGBT dan satu narasumber yang merupakan mantan pecandu narkoba.
Kedua narasumber ini sedang dalam tahap pemulihan dan bersedia melakukan
 tanya jawab dengan peserta seminar sehingga peserta dapat mengetahui 
dampak dan penyebab perilaku LGBT dan narkoba langsung dari narasumber.
“Melalui tanya jawab, peserta dapat mengetahui dampak HIV/Aids dan tentu
 akan menghindarinya,” ujar Katherina Welong, Ketua Perhimpunan Konselor
 VCT HIV wilayah Sumatera Barat yang juga hadir sebagai narasumber.
Katherine Welong juga mengungkapkan, bahwa fenomena LGBT muncul karena krisis karakter.
“Kurangnya ketahanan keluarga menyebabkan budaya masyarakat luar 
dianggap lebih menarik dibanding budaya sendiri,” jelas Katherina.
Senada dengan Katherina, Duski Samad juga menyebutkan bahwa pentingnya role model seorang bapak menjadi bentuk pencegahan LGBT.
“Melalui penguatan role model bapak, maka anak akan mempunyai teladan 
dalam bertindak dan berperilaku,” ujar Ketua MUI Kota Padang tersebut. 
(zs).
 
 


 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
