Potret Sopir Angkot di Kota Padang
Betrans,Padang - Bergelut di jalanan sebagai sopir angkutan kota (angkot) telah menjadi rutinitas Jamal sejak tahun 1988. Diawali dengan gagal menjadi PNS lalu belajar untuk menyetir mobil pikup sayur, pria berusia 62 tahun ini kemudian menekuni pekerjaan sebagai sopir angkot. Salah satu pekerjaan bergengsi yang ada di masa itu.
Jamal bercerita, untuk menjadi sopir angkot di tahun itu banyak tahapan yang harus dilalui. Para calon sopir harus memiliki SIM umum. Setelah itu, calon sopir akan ditempatkan sebagai kernet untuk mempelajari medan dan mengemudi. “Saya menjadi kernet selama tiga tahun. Rata-rata calon sopir memang belajarnya selama itu. Bahkan kadang ada yang sampai enam tahun baru diangkat menjadi sopir,” jelasnya pada media ini, minggu (2/2/25).
Untuk mengangkat seseorang menjadi sopir angkot, juragan dan sopir akan merapatkan masalah tersebut. Tak jarang, banyak orang yang gagal mendapat rekomendasi baik ke juragan angkot, sehingga tidak bisa menjadi sopir. “Persaingannya sangat ketat dulu. Banyak orang ingin menjadi sopir angkot karena pendapatannya yang besar. Satu hari bisa mendapat lebih dari Rp 100.000 pada zaman itu. Uang bulanan kami bahkan melampaui upah minimal regional (UMR) pada waktu itu,” kenangnya.
Pria asal kelurahan gunung pangilun, Kecamatan Padang Utara itu kembali bercerita, pertemuannya dengan sang istri juga terjadi di angkot. Saat itu ia melihat seorang wanita yang cantik yang sedang menunggu angkot,dan wanita itu naik angkot yang disopiri oleh dirinya. Dengan tingkah laku yang sopan, ia mulai menanyakan alamat sang gadis pujaan. “Akhirnya saya berkirim surat dengan dia. Setelah satu tahun berlalu ketika saya diangkat menjadi sopir angkot, langsung saya melamarnya,” ungkap Jamal. Pekerjaan sebagai sopir angkot pada waktu itu membuatnya bisa memiliki rumah untuk keluarga dan tempat membesarkan anak- anaknya.
Namun lama-kelamaan pendapatan dari angkot terus menurun. Hal itu dipengaruhi mudahnya masyarakat membeli sepeda motor, selain itu ditambah pengaruh angkutan online. Pandemi Covid-19 membuat suasana semakin parah dan mulai mengubah segalanya. Angkot menjadi mati. Pasca covid pun sangat susah mencari penumpang. “Mendapat penghasilan dari nyopir angkot sangat susah sekarang. Uang yang dikeluarkan untuk bensin dan yang didapat sama sekali tidak berimbang,” ujarnya.
Jika ingin memulai bisnis baru, dia juga khawatir belum tentu akan berhasil. Saat ini ia hanya mengemudikan angkot dari pukul 10 pagi hingga pukul 3 sore. Faktor usia juga memengaruhi rutinitasnya dalam bekerja saat ini. “Kalau angkot masih ramai mungkin saya sudah berhenti dan tinggal menyewakan mobil untuk sopir lain. Namun karena keadaannya seperti ini, jadi lebih baik saya syukuri apa yang ada di saya sekarang. Kalau dapat penumpang alhamdulillah, kalau tidak ya tidak papa,” ujarnya. . (yen)